Wednesday 27 April 2011

Serangga Mini dengan Ingatan Jangka Panjang


 Dari ScienceDaily (Jan. 13, 2009) - Feromon anti-seks khusus pada kupu-kupu yang dikeluarkan pada saat mating dapat mengusir kupu-kupu jantan lain, namun tanpa mereka sadari justru hal ini mengundang datangnya tawon parasit. Tawon parasit ini  mampu mengenali feromon ini dan kemudian mengembangkan memori jangka panjang untuk dapat kembali ke tempat tersebut. Setelah ‘menumpang’ pada kupu-kupu kol putih betina yang sedang kawin dan memparasiti telurnya, tawon parasit ini mampu mengingat rute dan navigasi untuk kemudian kembali lagi ke temapt telur-telur tersebut diletakkan. Peneliti dari Universitas Wageningen, Belanda, melaporkan temuan ini dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Penelitian di Wageningen telah menunjukkan bahwa tawon parasit bisa belajar untuk mengenali feromon yang dikeluarkan oleh kupu-kupu kol putih besar Pieris brassicae jantan yang mengawini upu-kupu betina. Sementara hal ini berlangsung, tawon parasit secara diam-diam naik ke tubuh kupu-kupu betina, menumpang menuju tanaman host untuk kemudian memparasiti telur kupu-kupu yang baru diletakkan. Sehari kemudian, tawon parasit mampu menempuh rute yang sama.

Selama perkawinan, kupu-kupu kubis putih jantan mengeluarkan feromon khusus, benzil sianida, kepada pasangan mereka. Feromon ini bersifat repelen terhadap tawon jantan saingan. Tawon parasit dari spesies Trichogramma brassicae  (berukuran 0,5 mm) mengambil keuntungan dari feromon anti-sex dari kupu-kupu kubis. Mereka pada dasarnya terlibat dalam spionase kimia. Tawon parasit berpengalaman dalam mendeteksi feromon anti-sex dan menggunakannya untuk mengenali kupu-kupu betina yang telah dikawini. Tawon parasit menumpang pada tubuh kupu-kupu betina yang telah dikawini ini. Ketika kupu-kupu bertelur pada tanaman kubis, tawon parasit turun dari  tubuh kupu-kupu untuk meletakkan telur mereka sendiri dalam telur kupu-kupu yang baru diletakkan. Dengan cara ini, mereka memparasiti dan membunuh keturunan kupu-kupu.
Untuk tawon Trichogramma brassicae, ini adalah perilaku  naluriah bawaan. Tapi ini tidak berlaku untuk tawon parasit dari jenis Trichogramma evanescens. Tawon ini merupakan parasit telur dari banyak spesies ngengat dan kupu-kupu, termasuk kupu-kupu putih kubis besar. Tawon ini juga menumpang naik ke tubuh kupu-kupu putih kubis seperti Trichogramma brassicae, tetapi tidak menunjukkan preferensi untuk kupu-kupu betina yang telah dikawinkan. Para peneliti itu menyimpulkan bahwa mereka tidak merespon secara naluriah untuk benzil sianida.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Ties Huigens dari Laboratorium Entomologi di Wageningen University bertanya-tanya apakah tawon parasit bisa mempelajari perilaku ini. Yang menjadi kasus: Trichogramma evanescens mampu bereaksi terhadap feromon anti-seks benzil sianida jika mereka sebelumnya telah memiliki pengalaman menguntungkan dengan kupu-kupu betina yang dikawinkan. Setelah satu kali menumpang pada betina tersebut dan memparasiti telur kupu-kupu yang baru diletakkan, untuk selanjutnya mereka mengulangi tindakan ini, yakni menumpang  hanya pada kupu-kupu yang telah dikawini. Para peneliti itu menyimpulkan bahwa tawon parasit mampu belajar untuk mengasosiasikan feromon anti-sex kupu-kupu betina dengan imbalan dapat memparasiti telur kupu-kupu.
Simak
Baca secara fonetik
Tawon parasit terus mengulangi perilaku yang dipelajari bahkan sehari setelah pengalaman pertamanya. Ini merupakan indikasi adanya memori jangka panjang. Dalam rangka menunjukkan hal ini, peneliti memberikan inhibitor untuk memori jangka panjang. Tawon parasit yang memakan inhibitor ini (penghambat sintesis protein) tidak menanggapi feromon anti-seks sehari setelah mereka menumpang dan memparasiti kupu-kupu yang baru kawin. Rupanya, protein yang diperlukan untuk pengembangan memori jangka panjang tidak dapat diproduksi karena inhibitor tadi. Jelas, serangga ini, dengan 'otak' sangat  kecil mereka (diperkirakan volumenya kurang dari 10 nanoliter) mampu mengembangkan memori jangka panjang, meskipun pembentukan memori tersebut membutuhkan banyak energi. Para ilmuwan mengetahui ini, misalnya, karena serangga kurang tahan terhadap stres seperti desikasi setelah mereka telah membentuk memori jangka panjang.
Kemampuan memiliki memori jangka panjang ini sangat penting bagi tawon parasit berumur pendek ini karena mungkin mereka hanya akan memiliki sedikit peluang untuk menemukan dan memparasiti kupu-kupu betina yang telah kawin. Jika mereka segera melupakan pengalaman ini, mereka dapat kehilangan kesempatan langka ini. Para ahli entomologi dari Wageningen berharap bahwa proses belajar strategi ini merupakan fenomena yang luas karena hal ini merupakan proses adaptasi yang baik bagi banyak spesies tawon parasit telur serangga.
 
Gambar 1. Lebah parasit penumpang (Trichogramma evanescens) di dekat mata kupu-kupu kubis (Pieris brassicae). (Image courtesy of Wageningen University dan Research Centre)
 

No comments: